Senin, 06 Maret 2017

Laporan Praktikum Biologi Plasmolisis



KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul “ Laporan Praktikum Biologi Plasmolisis ”.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas Biologi mengenai Plasmolisis. Tentunya keberhasilan dalam menyusun laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih atas kritik dan saran terhadap laporan praktikum yang sederhana ini. Dan kami mohon sebesar-besarnya bilamana ada kesalahan dalam penulisan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membacanya.
           
Lakibong, 7 September 2016


                Penyusun












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tumbuhan merupakan makluk hidup multisekuler. Sel tumbuhan terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain itu pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membran plasma yang merupakan membran dwilapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan di dalam suatu larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripada di dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volum isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka ruang antara membran dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampai konsentrasi di dalam dan di luar sel sama besar.
Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan menyusut volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa tersebut dinamakan dengan plasmolisis. Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan dalam larutan sukrosa yang terkonsentrasi (hipertonik) akibat cairan yan ada di dalam sel keluar dari sel sehingga tekanan sel akan terus berkembang sampai di suatu titik dimana membrane terlepas dari dinding sel.
B.     Tujuan
Untuk mengamati Plasmolisis pada sel tumbuhan

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dinding sel merupakan bagian terluar sel tumbuhan. Adanya dinding membedakan sel tumbuhan dari sel hewan. Dinding sel telah banyak diteliti karena kepentingannya dari segi biologi maupun komorsial. Informasi itu ditunjang oleh penelitian dari segi kimia, biokimia, fisika, dan morfologi.
Dinding sel dibentuk oleh diktiosom, dinding sel ini bersifat kaku dan tersusun atas polisakarida. Polisakarida ini tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Dinding sel bersama-sama dengan vakuola berperan dalam turgiditas sel atau kekakuan sel.
Membran makhluk hidup khususnya plasmalema (periplas/ektoplas), tonoplas yang menyelubungi vakuola mempunyai sifat permeable diferensial (selektif permeabel). Selektif peremabel adalah suatu membran yang dapat dilewati air, sedangkan molekul zat terlarut dapat lewat tetapi kecepatannya lebih rendah dari molekul air.
Semi permeabel adalah suatu membran yang tidak dapat dilewati molekul zat-zat terlarut (solute) sedangkan zat pelarut (solvent) dapat lewat.
Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan dari dinding sel jika sel dimasukan kedalam larutan hipertonik. Plasmolisis juga merupakan suatu proses yang secara nyata bisa menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel dan bisa masuk melalui membran. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata sungguh dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk. Kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis/seimbang. Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dipaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis/plasmolisis yang membawa sel itu mati.
Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable, yang akan dibahas dengan contoh pada daun Rhoeo discolor.
BAB III
PENELITIAN
Alat dan bahan
1.      Mikroskop
2.      Kaca objek
3.      Pisau/silet
4.      Pipit tetes
5.      Kartas hisap/tissu
6.      Daun Rhoeo discolor
7.      Air
8.      Larutan garam(NaCl)
Cara kerja
1.      Sayap permukan bawah daun Rhoeo discolor setipis selapis sel.
2.      Pindahkan sayatan ke kaca preparat/objek.
3.      Tambahkan setetes air di atas sayatan daun dengan pipet tetes.
4.      Tutup objek pengamatan dengan kaca penutup hati-hati agar tidak terbentuk gelombang udara.
5.      Amati di bawah mikroskop.
6.      Tambahkan tetesan larutan garam(NaCl) pada irisan tipis tersebut di pinggir kaca penutup.
7.      Serap air dari ujung kaca penutup lainya dengan kertas hisap/tissu.
8.      Amati di bawah mikroskop setelah 10 menit kemudian
9.      Amati proses yang terjadi kemudian setelah mengetahui proses yang terjadi, ganti kembali air garam dengan air biasa dengan menyerap air garam dengan tissu kemudian teteskan air dua kali.
Hasil pengamatan
No
Gambar
Keterangan
1
Merupakan hasil pengamatan pada sel daun Rhoeo discolor yang menggunakan media air dalam preparatnya.
2
Merupakan hasil pengamatan pada sel daun Rhoeo discolor yang sudah mengalami proses peristiwa plasmolisis setelah di tetesi larutan garam(NaCl)
3
Pada gambar tersebut dinding sel telah mengalami plasmolisis sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable, Sel tersebut kehilangan air lebih banyak yang akan menyebabkan terjadinya plasmolisis.


Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktik plasmolisis, sel pada daun Rhoeo discolor yang telah ditetesi larutan NaCl 5% mengalami plasmolisis. Hal ini dikarenakan sel pada daun Rhoeo discolor diletakan pada larutan garan terkonsentrasi (Hipertonik) dan menyebabkan sel tersebut akan kehilangan air dan juga tekanan turgor yang menyebabkan tumbuhan tersebut lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti itu akan layu dan akan lebih banyak kehilangan air yang menyebabkan terjadinya plasmolisis.
Tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis runtuhnya seluruh dinding sel terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis.
Dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah:
1.      Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel.
2.      Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.
Menjawab Pertanyaan
1.      Lingkungan apakah yang terjadi di sekitar sel-sel Rhoeo discolor saat di tambahkan larutan garam (NaCl) ?
Jawab :
Lingkungan yang terjadi di sekitar sel-sel Rhoeo discolor saat di tambahkan larutan garam (NaCl) adalah Hipertonik



2.      Proses apakah yang gerjadi jelaskan mengapa demikian !
Jawab:
Proses yang terjadi adalah plasmolisis karena sel pada daun Rhoeo discolor diletakan pada larutan garan terkonsentrasi (Hipertonik) dan menyebabkan sel tersebut akan kehilangan air dan juga tekanan turgor yang dapat membuat membran sel terlepas dari dinding sel yang menyebabkan tumbuhan tersebut lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti itu akan layu dan akan lebih banyak kehilangan air.


3.      Apakah mungkin sel-sel Rhoeo discolor yang mengalami plasmolisis dapat kembali pada keadaan sebelum di tambahkan larutan garam jika ya bagaimana caranya?
Jawab:
Ya mungkin dengan cara menyerap larutan garam kemudian di tambahkan lagi dengan air kembali.







BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Plasmolisis adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, jika memerlukan suatu materi dari luar maka sel tersebut harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk. Kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah mengaturnya sel tersebut bisa mencapai homeostatis / seimbang. Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem yang menyebabkan semua isi sel dapaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis / plasmolisis yang membawa sel itu layu malah menyebabkan mati.

Makalah Kerajaan Pajajaran



KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Kerajaan Pajajaran ”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai pengumpulan data dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan  hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Lakibong, 21 Agustus 2016


                                                                                                                         
     Penyusun   






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di wilayah Jawa Barat Muncul kerajaan Sunda yang diduga merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanegara yang runtuh pada abad ke-7. Menurut kitab Carita Parahiyangan, sebenarnya lahirnya Tarumanegara telah didahului oleh sebuah kerajaan yang bernama Salakanagara yang beribukota di Rajataputra. Kerajaan salakanagara sebelum diperintah oleh raja Dewawarman (Dharmalokapala) merupakan sekumpulan pedukuhan kecil-kecil yang dikuasai oleh Aki Tirem. Namun,sayang sekali sumber sejarah lain tidak ada yang menguatkannya sehingga keberadaan keraaj tersebut masih diragukan.
Berita pertama kemunculan Kerajaan sunda diperoleh dari prasasti Canggal (732). Prasasti canggal menerangkan , Sanjaya (Raja Mataram) telah mendirikan tempat pemujaan di Kunjarakunja (daerah Wukir). Dia adalah anak Sannaha, saudara perempuan Raja sanna.
Berkenaan dengan hal tersebut, kitab carita parahiyangan mengatakan bahwa raja Sena berkuasa di kerajaan Galuh. Suatu ketika terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Rahyang Purbasora. Raja sena berhasil dikalahkan dan melarikan diri ke Gunung merapi bersama keluarganya. Selanjutnya, sanjaya putra Sannaha berhasil mengalahkan Rahyang Purbasora dan menduduki takhta Galuh. Beberapa waktu kemudian, Raja sanjaya pindah ke Jawa Tengah menjadi raja di Kerajaan Mataram, sedangkan Sunda dan Galuh diserahkan kepada puteranya, Rahyang Tamperan. Sampai saat ini para ahli masih berbeda pendapat mengenai keterkaitan antara tokoh Sanna dan sanjaya di dalam prasasti Canggal dengan raja sena dan Sanjaya di dalam kitab carita parahiyangan.
B.     Tujuan
1.      Mengetahui tentang Kerajaan Pajajaran?
2.      Mengetahui  kehidupan ekonomi Kerajaan Pajajaran?
3.      Mengetahui keadaan sosial budaya Kerajaan Pajajaran?
4.      Mengetahui raja-raja yang Kerajaan Pajajaran?
5.      Mengetahui keruntuhan Kerajaan Pajajaran?




BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan pajajaran merupakan salah satu negara Hindu Budha yang banyak terdapat di Indonesia pada tahun 600 hingga 1500 M. Kerajaan ini sendiri berpusat di wilayah Jawa Barat, tepatnya di daerah Pakuan, Bogor. Oleh karenanya kerajaan ini juga sering disebut sebagai kerajaan Pakuan Pajajaran, karena beribukota di Pakuan.
Dalam sejarah, kerajaan Pajajaran didirikan pada tahun 923 M oleh Sri Jayabhupati. Proses pendirian kerajaan dan sejarah Pajajaran ini, diketahui dalam tulisan yang terdapat dalam sebuah prasasti Sanghyang Tapak.
Salah satu peninggalan kerajaan Pajajaran yang masih bisa kita lihat hingga saat ini adalah kebun raya Bogor. Dalam sejarah, lokasi ini pada jaman dulu adalah bagian dari wilayah kekuasaan Pajajaran. Wilayah tersebut, pada jaman kerajaan digunakan sebagai hutan perburuan oleh keluarga kerajaan.
Selain itu, peninggalan kerajaan Pajajaran lain yang masih bisa ditemui adalah adanya Tugu Portugis. Tugu ini terletak di Kampung Tugu Jakarta. Adanya peninggalan ini, merupakan salah satu penunjuk wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran tersebut. Sedangkan untuk prasasti, ada tiga prasasti yang diyakini merupakan peninggalan kerajaan Pajajaran. Ketiganya yaitu Prasasti Batu Tulis, Prasasti Batu Tapak dan Prasasti Kawali
Selama pemerintahan Kerajaan Pajajaran pernah dipimpin oleh enam raja. Mereka adalah Sri Baduga Maharaja (1482-1521), Surawisesa (1521-1535),  ratu Dewata (1535-1543), Ratu Sakti (1543-1551) dan Ratu Nilakendra (1551-1567). Mereka semua memerintah Kerajaan Pajajaran di daerah Pakuan, dan Ratu Nilakendra adalah raja terakhir yang meninggalkan wilayah Pakuan. Sebab, pada saat itu Kerajaan Pajajaran diserang oleh Sultan Hasanuddin.
Setelah jatuhnya pemerintahan di Pakuan, kerajaan Pajajaran mengalihkan pusat kekuasaannya di wilayah Pandeglang. Di Pandeglang, Pajajaran dipimpin oleh seorang raja bernama Raga Mulya. Dan Raga Mulya ini merupakan raja terakhir di kerajaan Pajajaran yang memerintah pada tahun 1567-1579) dan dikenal juga sebagai Prabu Surya Kencana.

Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan). Pada masa kekuasaan raja-raja Sunda, kehidupan sosial ekonomi masyarakat cukup mendapatkan perhatian. Meskipun pusat kekuasan Kerajaan Sunda berada di pedalaman, namun hubungan dagang dengan daerah atau bangsa lain berjalan baik. Kerajaan Sunda memiliki pelabuhanpelabuhan penting, seperti Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda kelapa, dan Cimanuk. Di kota-kota pelabuhan tersebut diperdagangkan lada, beras, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan piaraan.
Di samping kegiatan perdagangan, pertanian merupakan kegiatan mayoritas rakyat Sunda. Berdasarkan kitab Carita Parahyangan dapat diketahui bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Sunda umumnya bertani, khususnya berladang (berhuma). Misalnya, pahuma (paladang), panggerek (pemburu), dan penyadap. Ketiganya merupakan jenis pekerjaan di ladang. Aktivitas berladang memiliki ciri kehidupan selalu berpindahpindah. Hal ini menjadi salah satu bagian dari tradisi sosial Kerajaan Sunda yang dibuktikan dengan sering pindahnya pusat Kerajaan Sunda.
Kehidupan Sosial-Budaya
Berdasarkan kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut.
a.       Kelompok Rohani dan Cendekiawan
Kelompok rohani dan cendekiawan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang tertentu. Misalnya, brahmana yang mengetahui berbagai macam mantra, pratanda yang mengetahui berbagai macam tingkat dan kehidupan keagamaan, dan janggan yang mengetahui berbagai macam pemujaan, memen yang mengetahui berbagai macam cerita, paraguna mengetahui berbagai macam lagu atau nyanyian, dan prepatun yang memiliki berbagai macam cerita pantun.
b.      Kelompok Aparat Pemerintah
Kelompok masyarakat sebagai alat pemerintah (negara), misalnya bhayangkara (bertugas menjaga keamanan), prajurit (tentara), hulu jurit (kepala prajurit).
c.       Kelompok Ekonomi
Kelompok ekonomi adalah orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi. Misalnya, juru lukis (pelukis), pande mas (perajin emas), pande dang (pembuat perabot rumah tangga), pesawah (petani), dan palika (nelayan).
Kehidupan masyarakat Kerajaan Sunda adalah peladang, sehingga sering berpindah-pindah. Oleh karena itu, Kerajaan Sunda tidak banyak meninggalkan bangunan yang permanen, seperti keraton, candi atau prasasti. Candi yang paling dikenal dari Kerajaan Sunda adalah Candi Cangkuang yang berada di Leles, Garut, Jawa Barat.
Hasil budaya masyarakat Kerajaan Sunda yang lain berupa karya sastra, baik tulis maupun lisan. Bentuk sastra tulis, misalnya Carita Parahyangan; sedangkan bentuk satra lisan berupa pantun, seperti Haturwangi dan Siliwangi
Raja - Raja Yang Pernah Berkuasa
1.      Sri Baduga Maharaja
Jaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Sri Baduga Maharaja (RatuJayadewata) yang memerintah selama 39 thaun (1482 - 1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.
2.      Surawisesa (1521 - 1535)
Pengganti Sri Baduga Maharaja adalah Surawisesa (puteranya dari Mayang Sunda dan juga cucu Prabu Susuktunggal). Ia dipuji oleh Carita Parahiyangan dengan sebutan "kasuran" (perwira), "kadiran" (perkasa) dan "kuwanen" (pemberani). Selama 14 tahun memerintah ia melakukan 15 kali pertempuran. 
3.      Ratu Dewata (1535 - 1543)
Surawisesa digantikan oleh puteranya (RATU DEWATA). Berbeda dengan Surawisesa yang dikenal sebagai panglima perang yang perwira, perkasa dan pemberani, Ratu Dewata sangat alim dan taat kepada agama. Ia melakukan upacara SUNATAN (adat khitan pra-Islam) dan melakukan tapa PWAH-SUSU (hanya makan buah-buahan dan minum susu). Menurut istilah kiwari VEGETARIAN.
4.      Ratu Sakti (1543 - 1551)
Raja Pajajaran keempat adalah Ratu Sakti. Untuk mengatasi keadaan yang ditinggalkan Ratu Dewata yang bertindak serba alim, ia bersikap keras bahkan akhirnya kejam dan lalim. Dengan pendek Carita Parahiyangan melukiskan raja ini. Banyak rakyat dihukum mati tanpa diteliti lebih dahulu salah tidaknya. Harta benda rakyat dirampas untuk kepentingan keraton tanpa rasa malu sama sekali. Kemudian raja ini melakukan pelanggaran yang sama dengan Dewa Niskala yaitu mengawini "estri larangan ti kaluaran" (wanita pengungsi yang sudah bertunangan). Masih ditambah lagi dengan berbuat skandal terhadap ibu tirinya yaitu bekas para selir ayahnya. Karena itu ia diturunkan dari tahta kerajaan. Ia hanya beruntung karena waktu itu sebagian besar pasukan Hasanuddin dan Fadillah sedang membantu Sultan Trenggana menyerbu Pasurua dan Panarukan. Setelah meninggal, Ratu Sakti dipusarakan di Pengpelengan.
5.      Ratu Nilakendra (1551 - 1567)
Nilakendra atau Tohaan di Majaya naik tahta sebagai penguasa Pajajaran yang kelima. Pada saat itu situasi kenegaraan telah tidak menentu dan frustasi telah melanda segala lapisan masyarakat. Carita Parahiyangan memberitakan sikap petani "Wong huma darpa mamangan, tan igar yan tan pepelakan" (Petani menjadi serakah akan makanan, tidak merasa senang bila tidak bertanam sesuatu) Ini merupakan berita tidak langsung, bahwa kelaparan telah berjangkit.
6.      Raga Mulya (1567 - 1579)
Raja Pajajaran yang terakhir adalah Nusya Mulya (menurut Carita Parahiyangan). Dalam naskah-naskah Wangsakerta ia disebut RAGA MULYA alias PRABU SURYAKANCANA. Raja ini tidak berkedudukan di Pakuan, tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia disebut Pucuk Umun (=Panembahan) Pulasari. [Mungkin raja ini berkedudukan di Kadu-hejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Palasari].
Keruntuhan Kerajaan Pajajaran
Pakuan Pajajaran hancur, rata dengan tanah, pada tahun 1579 akibat serangan pecahan kerajaan Sunda, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Kerajaan Sunda ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak dimungkinkan lagi penobatan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja, raja Kerajaan Sunda. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan istana lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kerajaan Pajajaran didirikan pada tahun 923 M oleh Sri Jayabhupati. Proses pendirian kerajaan dan sejarah Pajajaran ini, diketahui dalam tulisan yang terdapat dalam sebuah prasasti Sanghyang Tapak. Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Berdasarkan kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Pakuan Pajajaran hancur, rata dengan tanah, pada tahun 1579 akibat serangan pecahan kerajaan Sunda, yaitu Kesultanan Banteng.

B.     Saran
Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, seperti dalam hal penulisan atau menemui kalimat yang sukar dimengerti apa maknanya. Dalam hal ini penulis mengharapkan saran dan kriktik yang membangun dari pembaca.




















DAFTAR PUSTAKA
BABAK VI Runtuhnya Sunda – Galuh « Ranahpasundan's Blog.htm