KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “Kerajaan Pajajaran ”.
Makalah ini telah dibuat dengan
berbagai pengumpulan data dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Lakibong, 21 Agustus 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di wilayah Jawa Barat Muncul kerajaan Sunda yang
diduga merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanegara yang runtuh pada abad ke-7.
Menurut kitab Carita Parahiyangan, sebenarnya lahirnya Tarumanegara telah
didahului oleh sebuah kerajaan yang bernama Salakanagara yang beribukota di
Rajataputra. Kerajaan salakanagara sebelum diperintah oleh raja Dewawarman
(Dharmalokapala) merupakan sekumpulan pedukuhan kecil-kecil yang dikuasai oleh
Aki Tirem. Namun,sayang sekali sumber sejarah lain tidak ada yang menguatkannya
sehingga keberadaan keraaj tersebut masih diragukan.
Berita pertama kemunculan Kerajaan sunda diperoleh
dari prasasti Canggal (732). Prasasti canggal menerangkan , Sanjaya (Raja
Mataram) telah mendirikan tempat pemujaan di Kunjarakunja (daerah Wukir). Dia
adalah anak Sannaha, saudara perempuan Raja sanna.
Berkenaan dengan hal tersebut, kitab carita
parahiyangan mengatakan bahwa raja Sena berkuasa di kerajaan Galuh. Suatu
ketika terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Rahyang Purbasora. Raja
sena berhasil dikalahkan dan melarikan diri ke Gunung merapi bersama
keluarganya. Selanjutnya, sanjaya putra Sannaha berhasil mengalahkan Rahyang
Purbasora dan menduduki takhta Galuh. Beberapa waktu kemudian, Raja sanjaya
pindah ke Jawa Tengah menjadi raja di Kerajaan Mataram, sedangkan Sunda dan
Galuh diserahkan kepada puteranya, Rahyang Tamperan. Sampai saat ini para ahli
masih berbeda pendapat mengenai keterkaitan antara tokoh Sanna dan sanjaya di
dalam prasasti Canggal dengan raja sena dan Sanjaya di dalam kitab carita
parahiyangan.
B.
Tujuan
1. Mengetahui tentang Kerajaan Pajajaran?
2. Mengetahui
kehidupan ekonomi Kerajaan Pajajaran?
3. Mengetahui keadaan sosial budaya Kerajaan Pajajaran?
4. Mengetahui raja-raja yang Kerajaan Pajajaran?
5. Mengetahui keruntuhan Kerajaan Pajajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan
pajajaran merupakan salah satu negara Hindu Budha yang banyak terdapat di
Indonesia pada tahun 600 hingga 1500 M. Kerajaan ini sendiri berpusat di
wilayah Jawa Barat, tepatnya di daerah Pakuan, Bogor. Oleh karenanya kerajaan
ini juga sering disebut sebagai kerajaan Pakuan Pajajaran, karena beribukota di
Pakuan.
Dalam
sejarah, kerajaan Pajajaran didirikan pada tahun 923 M oleh Sri Jayabhupati.
Proses pendirian kerajaan dan sejarah Pajajaran ini, diketahui dalam tulisan
yang terdapat dalam sebuah prasasti Sanghyang Tapak.
Salah
satu peninggalan kerajaan Pajajaran yang masih bisa kita lihat hingga saat ini
adalah kebun raya Bogor. Dalam sejarah, lokasi ini pada jaman dulu adalah
bagian dari wilayah kekuasaan Pajajaran. Wilayah tersebut, pada jaman kerajaan
digunakan sebagai hutan perburuan oleh keluarga kerajaan.
Selain
itu, peninggalan kerajaan Pajajaran lain yang masih bisa ditemui adalah adanya
Tugu Portugis. Tugu ini terletak di Kampung Tugu Jakarta. Adanya peninggalan
ini, merupakan salah satu penunjuk wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran
tersebut. Sedangkan untuk prasasti, ada tiga prasasti yang diyakini merupakan
peninggalan kerajaan Pajajaran. Ketiganya yaitu Prasasti Batu Tulis, Prasasti
Batu Tapak dan Prasasti Kawali
Selama
pemerintahan Kerajaan Pajajaran pernah dipimpin oleh enam raja. Mereka adalah
Sri Baduga Maharaja (1482-1521), Surawisesa (1521-1535), ratu Dewata (1535-1543), Ratu Sakti
(1543-1551) dan Ratu Nilakendra (1551-1567). Mereka semua memerintah Kerajaan
Pajajaran di daerah Pakuan, dan Ratu Nilakendra adalah raja terakhir yang meninggalkan
wilayah Pakuan. Sebab, pada saat itu Kerajaan Pajajaran diserang oleh Sultan
Hasanuddin.
Setelah jatuhnya pemerintahan di Pakuan, kerajaan
Pajajaran mengalihkan pusat kekuasaannya di wilayah Pandeglang. Di Pandeglang,
Pajajaran dipimpin oleh seorang raja bernama Raga Mulya. Dan Raga Mulya ini
merupakan raja terakhir di kerajaan Pajajaran yang memerintah pada tahun
1567-1579) dan dikenal juga sebagai Prabu Surya Kencana.
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada
umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama
perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan
perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu
Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk
(Pamanukan). Pada masa kekuasaan raja-raja Sunda, kehidupan sosial ekonomi
masyarakat cukup mendapatkan perhatian. Meskipun pusat kekuasan Kerajaan Sunda
berada di pedalaman, namun hubungan dagang dengan daerah atau bangsa lain
berjalan baik. Kerajaan Sunda memiliki pelabuhanpelabuhan penting, seperti Banten,
Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda kelapa, dan Cimanuk. Di kota-kota pelabuhan
tersebut diperdagangkan lada, beras, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan
piaraan.
Di samping
kegiatan perdagangan, pertanian merupakan kegiatan mayoritas rakyat Sunda.
Berdasarkan kitab Carita Parahyangan dapat diketahui bahwa kehidupan ekonomi
masyarakat Kerajaan Sunda umumnya bertani, khususnya berladang (berhuma).
Misalnya, pahuma (paladang), panggerek (pemburu), dan penyadap. Ketiganya
merupakan jenis pekerjaan di ladang. Aktivitas berladang memiliki ciri
kehidupan selalu berpindahpindah. Hal ini menjadi salah satu bagian dari
tradisi sosial Kerajaan Sunda yang dibuktikan dengan sering pindahnya pusat
Kerajaan Sunda.
Kehidupan Sosial-Budaya
Berdasarkan
kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut.
a. Kelompok Rohani dan Cendekiawan
Kelompok rohani dan cendekiawan adalah kelompok
masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang tertentu. Misalnya, brahmana yang
mengetahui berbagai macam mantra, pratanda yang mengetahui berbagai macam
tingkat dan kehidupan keagamaan, dan janggan yang mengetahui berbagai macam
pemujaan, memen yang mengetahui berbagai macam cerita, paraguna mengetahui
berbagai macam lagu atau nyanyian, dan prepatun yang memiliki berbagai macam
cerita pantun.
b. Kelompok Aparat Pemerintah
Kelompok masyarakat sebagai alat pemerintah
(negara), misalnya bhayangkara (bertugas menjaga keamanan), prajurit (tentara),
hulu jurit (kepala prajurit).
c. Kelompok Ekonomi
Kelompok ekonomi adalah orang-orang yang melakukan
kegiatan ekonomi. Misalnya, juru lukis (pelukis), pande mas (perajin emas),
pande dang (pembuat perabot rumah tangga), pesawah (petani), dan palika
(nelayan).
Kehidupan
masyarakat Kerajaan Sunda adalah peladang, sehingga sering berpindah-pindah.
Oleh karena itu, Kerajaan Sunda tidak banyak meninggalkan bangunan yang
permanen, seperti keraton, candi atau prasasti. Candi yang paling dikenal dari
Kerajaan Sunda adalah Candi Cangkuang yang berada di Leles, Garut, Jawa Barat.
Hasil
budaya masyarakat Kerajaan Sunda yang lain berupa karya sastra, baik tulis
maupun lisan. Bentuk sastra tulis, misalnya Carita Parahyangan; sedangkan
bentuk satra lisan berupa pantun, seperti Haturwangi dan Siliwangi
Raja - Raja Yang Pernah Berkuasa
1. Sri Baduga Maharaja
Jaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Sri Baduga
Maharaja (RatuJayadewata) yang memerintah selama 39 thaun (1482 - 1521). Pada
masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.
2. Surawisesa (1521 - 1535)
Pengganti Sri Baduga Maharaja adalah Surawisesa
(puteranya dari Mayang Sunda dan juga cucu Prabu Susuktunggal). Ia dipuji oleh
Carita Parahiyangan dengan sebutan "kasuran" (perwira),
"kadiran" (perkasa) dan "kuwanen" (pemberani). Selama 14
tahun memerintah ia melakukan 15 kali pertempuran.
3. Ratu Dewata (1535 - 1543)
Surawisesa digantikan oleh puteranya (RATU DEWATA).
Berbeda dengan Surawisesa yang dikenal sebagai panglima perang yang perwira,
perkasa dan pemberani, Ratu Dewata sangat alim dan taat kepada agama. Ia
melakukan upacara SUNATAN (adat khitan pra-Islam) dan melakukan tapa PWAH-SUSU
(hanya makan buah-buahan dan minum susu). Menurut istilah kiwari VEGETARIAN.
4. Ratu Sakti (1543 - 1551)
Raja Pajajaran keempat adalah Ratu Sakti. Untuk
mengatasi keadaan yang ditinggalkan Ratu Dewata yang bertindak serba alim, ia
bersikap keras bahkan akhirnya kejam dan lalim. Dengan pendek Carita
Parahiyangan melukiskan raja ini. Banyak rakyat dihukum mati tanpa diteliti
lebih dahulu salah tidaknya. Harta benda rakyat dirampas untuk kepentingan
keraton tanpa rasa malu sama sekali. Kemudian raja ini melakukan pelanggaran
yang sama dengan Dewa Niskala yaitu mengawini "estri larangan ti
kaluaran" (wanita pengungsi yang sudah bertunangan). Masih ditambah lagi
dengan berbuat skandal terhadap ibu tirinya yaitu bekas para selir ayahnya.
Karena itu ia diturunkan dari tahta kerajaan. Ia hanya beruntung karena waktu
itu sebagian besar pasukan Hasanuddin dan Fadillah sedang membantu Sultan
Trenggana menyerbu Pasurua dan Panarukan. Setelah meninggal, Ratu Sakti
dipusarakan di Pengpelengan.
5. Ratu Nilakendra (1551 - 1567)
Nilakendra atau Tohaan di Majaya naik tahta sebagai
penguasa Pajajaran yang kelima. Pada saat itu situasi kenegaraan telah tidak
menentu dan frustasi telah melanda segala lapisan masyarakat. Carita
Parahiyangan memberitakan sikap petani "Wong huma darpa mamangan, tan igar
yan tan pepelakan" (Petani menjadi serakah akan makanan, tidak merasa
senang bila tidak bertanam sesuatu) Ini merupakan berita tidak langsung, bahwa
kelaparan telah berjangkit.
6. Raga Mulya (1567 - 1579)
Raja Pajajaran yang terakhir adalah Nusya Mulya
(menurut Carita Parahiyangan). Dalam naskah-naskah Wangsakerta ia disebut RAGA
MULYA alias PRABU SURYAKANCANA. Raja ini tidak berkedudukan di Pakuan, tetapi
di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia disebut Pucuk Umun (=Panembahan)
Pulasari. [Mungkin raja ini berkedudukan di Kadu-hejo, Kecamatan Menes pada
lereng Gunung Palasari].
Keruntuhan Kerajaan Pajajaran
Pakuan
Pajajaran hancur, rata dengan tanah, pada tahun 1579 akibat serangan pecahan
kerajaan Sunda, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Kerajaan Sunda
ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari
Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu
berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di
Pakuan Pajajaran tidak dimungkinkan lagi penobatan raja baru, dan menandakan
Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya
adalah puteri Sri Baduga Maharaja, raja Kerajaan Sunda. Palangka Sriman
Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di
Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau
berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Saat
itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan istana
lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan mandala
yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Pajajaran didirikan pada tahun 923 M oleh
Sri Jayabhupati. Proses pendirian kerajaan dan sejarah Pajajaran ini, diketahui
dalam tulisan yang terdapat dalam sebuah prasasti Sanghyang Tapak. Pada umumnya
masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Berdasarkan
kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Pakuan Pajajaran hancur, rata
dengan tanah, pada tahun 1579 akibat serangan pecahan kerajaan Sunda, yaitu
Kesultanan Banteng.
B. Saran
Dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, seperti dalam hal penulisan atau
menemui kalimat yang sukar dimengerti apa maknanya. Dalam hal ini penulis
mengharapkan saran dan kriktik yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
BABAK VI Runtuhnya Sunda
– Galuh « Ranahpasundan's Blog.htm
Let me tell you something...
BalasHapusThis may sound really weird, and maybe even kind of "strange"
BUT what if you could simply click "Play" and LISTEN to a short, "musical tone"...
And suddenly bring MORE MONEY into your life??
What I'm talking about is BIG MONEY, even MILLIONS of DOLLARS!!
Sound too EASY?? Think it's IMPOSSIBLE???
Well, Let me tell you the news..
Many times the greatest miracles life has to offer are the EASIEST!!
In fact, I will PROVE it to you by allowing you to PLAY a real-life "magical abundance tone" I've synthesized...
(And COMPLETELY RISK FREE).
You simply press "Play" and you will start having more money come into your life... starting almost INSTANTLY...
CLICK here now to play the magical "Miracle Abundance Tone" - as my gift to you!!
New York - Casino - JTR Hub
BalasHapusNew York's 남양주 출장샵 gambling, gaming and 광양 출장샵 entertainment company, Wynn Resorts, Inc. has unveiled 여주 출장샵 plans for 청주 출장샵 the 양산 출장마사지 New York casino and hotel,